FUNGSI MITOS KAMPUNG
DATUK
PROVINSI PATTANI THAILAND SELATAN
Awabeen Samsuding
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
Abstract
Myth in the context of old mythologies has the
meaning of a formation of society oriented from the past or from historical
formations that are static and eternal. Myth in the old sense is synonymous
with history and the formation of society at that time. This research design
uses qualitative methods. The type of this research is qualitative research –
ethnography. Ethnography views culture not merely as a product, but as a
process. Culture is not only a branch of values, but is the whole institution
of human life. The mythical functions of Kampung Datuk include (1) The Myth of
Kampung Datuk Functioning as a Place to Fulfill Your Destiny (2) The Myth of
Kampung Datok Functioning as a Means of Education. (3) Myth of Kampung Datuk
Functions as a Source of Cultural Tourism Development. And (4) the Myth of
Datuk Village as an Effort to Maintain the Identity of the Patani Nation. The
myth of Kampung Datuk is in the form of a real grave and can be touched with
the five senses. This place is not only a symbol of history, but here is also a
place for soul recovery for the community or in another language is a place to
release one's desires. The selection of the Kampong Datuk Myth as the object of
research is based on a concern that the legacy of the Patani Malay kingdom is
now only left with a name.
Keywords: Myth, Function, Datuk Village, Patani.
Abstrak
Mitos dalam konteksmitologi-mitologi lama mempunyai
pengertian suatu bentukan dari masyarakat yang berorientasi dari masa lalu atau
dari bentukan sejarah yang bersifat statis dan kekal. Mitos dalam pengertian
lama identik dengan sejarah dan bentukan masyarakat pada masanya. Rancangan
penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis Penelitian ini adalah
Penelitian kualitatif – etnografi. Etnografi memandang budaya bukan semata-mata
sebagai produk, melainkan proses. Kebudayaan tidak hanya cabang nilai,
melainkan merupakan keseluruhan institusi hidup manusia. Fungsi mitos Kampung Datuk meliputi (1)
Mitos Kampung Datuk Berfungsi sebagai Tempat Menunaikan Hajat (2) Mitos Kampung
Datok Berfungsi sebagai Sarana Pendidikan. (3) Mitos Kampung Datuk Berfungsi
sebagai Sumber Pengembangan Wisata Budaya. Dan (4) Mitos Kampung Datuk sebagai
Upaya Menjaga Identitas Bangsa Patani. Mitos Kampung Datuk wujudnya berupa
kuburan yang nyata dan dapat disentuh dengan pancaindera. Di tempat ini tidak
hanya menjadi simbol sejarah, namun di sini juga adalah tempat pemulihan jiwa
bagi masyarakat atau dalam bahasa yang lain adalah tempat melepaskan hajat. Pemilihan Mitos Kampong Datuk sebagai objek penelitian
didasarkan atas suatu kekhawatiran bahwa
peninggalan kerajaan Melayu Patani kini hanya tersisa nama.
Kata
Kunci : Mitos, Fungsi, Kampung Datuk, Patani.
PENDAHALUAN
Kebudayaan
merupakan satu hal yang amat terkait dengan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kebudayaan timbul dari pola hidup manusia di setiap wilayah yang kemudian
menjadi identitas dari sebuah bangsa, etnis atau komunitas budaya tersebut.
Koentjaraningrat (dalam Meinarno, 2011:90) mendefinisikan kebudayaan sebagai
seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan manusia dengan
belajar. Salah satu bentuk atau produk kebudayaan yang bersifat non-materiil
adalah folklor atau tradisi lisan. Danandjaja (2002:02) mendeifnisikan folklor
sebagai kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun,
secara tradisional. Folklor bisa hanya berbentuk lisan atau disertai gerak
isyarat. Salah satu bentuk folklor adalah mitos. Mitos dibentuk dari sistem
kepercayaan yang ada di sebuah masyarakat. Iswidayati, S. (2007:180) dalam
artikelnya menjelaskan, bahwa mitos dalam konteksmitologi-mitologi lama
mempunyai pengertian suatu bentukan dari masyarakat yang berorientasi dari masa
lalu atau dari bentukan sejarah yang bersifat statis dan kekal. Mitos dalam
pengertian lama identik dengan sejarah dan bentukan masyarakat pada masanya.
Keruntuhan
Kerajaan Melayu Patani meninggalkan banyak kesan sejarah samada berupa areal
pemakaman para raja. Hal ini kemudian menimbulkan mitos yang belum banyak
diketahui oleh masyarakat Patani secara luas. Yakni tentang pemakaman yang panjangnya
tidak seperti biasanya, dan terletak di Laempho, Yaring, yang saat ini berada
di bekas wilayah Kerajaan Pattani. Keruntuhan Kerajaan
Melayu Patani meninggalkan banyak kesan sejarah samada berupa areal pemakaman para raja. Hal ini kemudian menimbulkan mitos yang belum banyak diketahui oleh
masyarakat Patani secara luas. Yakni
tentang pemakaman yang panjangnya tidak seperti biasanya, dan terletak di Laempho,
Yaring, yang saat ini
berada di bekas wilayah Kerajaan Pattani. Mitos Kampung Datok ini sangat
penting bagi masyarakat untuk kelestarian cerita turun temurun dari generasi ke
generasi, memilki fungsi di dalam masyarakat. Salah satuFungsi Mitos adalah
menyedarkan manusia bahwa ada kekuatan kekuatan ajaib. Mitos itu tidak
memberikan informasi kekuatan-kekuatan itu, tetapi membantu manusia agar ia
dapat menghayati daya-daya itu sebagai sesuatu kekuatan yang mempengaruhi dan
menguasai alam kehidupan sukunya. Dalam mitos ini membuktikan bahwa benar
adanya kuasa Tuhan, sebagaimana dalam cerita menyebut mayat makin memanjang
setelah dihukum mati. Dan ada yang menafsirkan bahwa itu adalah hukuman dari
Tuhan bagi orang yang melanggar arahah seorang pemimpin.
Pemilihan Mitos Kampong Datuk sebagai objek penelitian
didasarkan atas suatu kekhawatiran bahwa
peninggalan kerajaan Melayu Patani kini hanya tersisa nama. Secara politik,
wilayah dan masyarakat yang dulunya bernama Patani, kini hanya menjadi bagian
dari Thailand. Padahal, Patani sejatinya memiliki sejarah penting yang hal itu
terlihat dari identitas budaya
masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan. Dari penelusuran yang dilakukan
penulis, sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang secara spesifik mengkaji
Mitos Kampung Datok dalam pemanfaatannya sebagai alternatif pembelajaran Bahasa
Melayu di Thailand Selatan. Selain itu, Mitos Kampung Datok belum diteliti
dalam bentuk karya ilmiah sehingga menariknya untuk diteliti agar bisa menjadi
bahan dalam mengkaji sejarah Patani. Berkaitan
dengan hal itu, artikel ini akan mendeskripsikan wujud mitos Kampung Datok dan
Fungsinya.
METODE
Rancangan penelitian
ini menggunakan metode kualitatif. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian
kualitatif – etnografi. Etnografi memandang budaya bukan semata-mata sebagai
produk, melainkan proses. Kebudayaan tidak hanya cabang nilai, melainkan
merupakan keseluruhan institusi hidup manusia. Dengan kata lain, kebudayaan
merupakan hasil belajar manusia termasuk di dalamnya tingkah laku. Menurut
Spradley (dalam Endraswara, 2013:52) etnografi harus menyakut hakikat kebudayaan,
yaitu sebagai pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk
menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Itulah
sebanya etnografi akan mengungkap seluruh tingkah laku sosial budaya melalui
deskripsi yang holistic. Fokus Penelitian ini adalah cerita rakyat yang
melatarbelakangi mitos masjid Kerisik dari berbagai versi dari masyarakat
Provinsi Patani. Selain menggunakan pendekatan etnografi peneliti juga
menggunakan pendekatan struktur naratif sebagai struktur yang membantu dalam
mendeskripsikan penelitian mengenai mitos kampong Datuk.
Menurut Emzir (2011: 148-149) menambahkan
terkait pendekatan etnografi adalah sebagai berikut : 1 ) Etnografi
mengasumsikan kepentingan penelitian yang prinsip utamanya dipengaruhi oleh
pemahaman kultural masyarakat. 2) Penelitian etnografi mengasumsikan suatu
kemampuan mengidentifikasi masyarakat yang relevan dengan kepentingannya. 3) Dengan penelitian etnografi peneliti
diasumsikan mampu memahami kelebihan kultural dari masyarakat yang diteliti,
meguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan tersebut dan memiliki temuan
yang didasarkan pada pengetahuan komprehensif dari budaya tersebut.
PEMBAHASAN
1.
Deskripsi
Wujud Mitos Kampung Datuk di Patani
Sebagai
sebuah wilayah pemukiman, Kampung Datuk diperkirakan mulai terbentuk pada abad
XV. Saat ini, wilayah yang disebut Kampung Datuk itu berada di Desa Datok yang
terletak di kawasan Laem Pho, Distrik Yaring, Provinsi Pattani, Thailand
Selatan. Pada awal terbentuknya, wilayah tersebut masih berada di bawah
kekuasaan Kesultanan Patani. Terbentuknya Kampung Datuk ini berasal kampung
nelayan yang cukup strategis di jalur persimpangan pelayaran.
Seiring
berjalannya waktu, Kampung Datuk mulai membesar. Terutama ketika pedagang dari
India mulai masuk pada pertengahan abad XV untuk berdagang di wilayah
Kesultanan Patani Darussalam. Para pedagang asal India yang beragama Islam itu
kemudian membangun masjid di Kampung Datuk. Corak budaya India amat terlihat
dari bentuk arsitektur masjid tersebut. (Ahmad Fathy Al-Fatani, 1994: 45) Penamaan Kampung Datuk untuk
kampung nelayan ini didasarkan tradisi lisan. Yakni ketika bangsawan atau
keluarga kerajaan Kelantan (yang kini masuk Malaysia) ke kampung nelayan
tersebut. Pangeran bernama Datuk Yani itu datang ke wilayah Patani pada tahun
1835 Masehi. Sebutan “Dato“ atau “Datuk” lazim digunakan masyarakat Melayu
untuk memanggil keluarga bangsawan dan tradisi itu masih bertahan hingga saat
ini. Sebagaimana yang terjadi di berbagai wilayah lain, dari wilayah Kampung
Datuk, berkembang sebuah mitos atau cerita yang disebut Mitos Makam Kampung
Datuk atau terkadang cukup disebut Mitos Kampung Datuk. Mitos ini mengacu pada
sebuah makam yang panjangnya di luar kelaziman masyarakat pada umumnya. Yakni
mencapai enam meter. Sebelumnya, tempat makam tersebut dikenal sebagai tempat
berkumpulnya orang-orang asing yang didominasi pedagang yang sedang singgah di
wilayah tersebut.
Menurut penuturan Zulkifli Raden Ahmad, tokoh masyarakat
Melayu setempat yang juga guru bahasa Melayu di sekolah Muhammadiyah Pattani,
Mitos Kampung Datuk tidak sepenuhnya fiktif.
Kemunculan
Mitos Kampung Datuk di kalangan masyarakat Melayu Patani terkait erat dengan
rangkaian peristiwa sejarah politik yang melatari bangsa tersebut. Yakni
dimulai ketika Kesultanan Melayu Patani Darussalam baru saja berhasil
memenangkan perang melawan Kerajaan Siam pada tahun 1625 Masehi. (Wawancara dengan Zulkifli Raden Ahmad, 10 Februari 2021).
Keterangan Zulkifli ini diperkuat juga dalam penelitian yang dilakukan oleh
Teeuw & Wyatt dalam Hikayat Patani The Story of Patani. Menurutnya, Mitos
Kampung Datuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Biru memerintah negeri Patani
(1616-1624 M.) Baginda Raja Biru ialah raja perempuan kedua yang memerintah
negeri Patani setelah Raja Hijau (1584-1616). Baginda Raja Biru juga merupakan
raja ketujuh dalam urutan raja-raja pemerintahan Patani sejak awal berdirinya
kesultanan tersebut oleh Sultan Ismail Syah. Sejak awal bertahta, Raja Biru
sudah mulai menghadapi serangan dari Kerajaan Siam yang hendak menguasai
Patani. Serangan dari Siam itu sudah mulai dilakukan sejak tahun 1603, ketika
Patani masih di bawah pemerintahan Raja Hijau. ((Teeuw & Wyatt ,1970: hal 45)
Dengan
strategi yang matang, Patani di bawah pemerintahan Raja Biru berhasil menang
telak atas serangan Kerajaan Siam. Namun kemenangan Kesultanan Patani itu tidak
berlangsung lama. Sebab, berdasarkan sumber intelejen yang berkembang saat itu,
Kerajaan Siam sedang menyusun kekuatan untuk kembali menyerang Kesultanan
Patani. Setelah Mendapat informasi itu, Kesultanan Patani pun membuat kebijakan
sebagai antisipasi menghadapi serangan balik. Baginda Raja Biru, memerintahkan
untuk pembuatan meriam secara massal. Meriam-meriam tersebut rencananya akan
ditempatkan di berbagai titik strategis terutama di wilayah perbatasan dengan
Kerajaan Siam. Untuk pembuatan meriam secara massal itu, Baginda Raja Biru
menunjuk Tok Kian untuk mempimpin proyek besar tersebut. Tok Kian merupakan
ahli pembuatan meriam berasal dari Cina yang memiliki nama asli Lim Tau Kin.
Setelah memeluk Islam, ia mengubah nama aslinya menjadi menjadi Tok Kian dan
kemudian tinggal di rumah seorang petinggi Kesultanan Patani.
Proyek
pembuatan meriam secara massal itu terkendala oleh keterbatasan stok bahan
baku, khususnya tembaga kuning. Untuk mendukung kebijakan itu, Bagin Raja Biru
kemudian membuat maklumat yang melarang warganya untuk menjual tembaga kepada
pedagang asing. Sebab, stok tembaga akan dioptimalkan untuk pembuatan meriam
guna menghadapi serangan balik kerajaan Siam. Larangan tersebut berlaku selama
tiga tahun, dengan ancaman hukuman mati bagi pelanggarnya.
Perintah
Sultan Patani itu dituruti oleh hampir seluruh rakyatnya. Namun, terdapat dua
orang warga yang diduga melanggar perintah dengan menjual tembaga kepada
pedagang asing. Mereka adalah Syeikh Gombak dan Abdul Mubin. Dua orang ini
sebenarnya bukan rakyat biasa. Syeikh Gombak berlatar belakang tokoh agama yang
dianggap cukup mengerti tentang hukum yang berlaku di negeri Patani yang saat
itu memberlakukan syariat Islam. Syeikh Gombak disebut-sebut berasal dari
Minangkabau, Sumatera Barat. Sedangkan Abdul Mubin merupakan sosok pedagang
yang cukup ternama. Syeikh Gombak yang bermitra dengan Abdul Mubin, memiliki
cadangan tembaga dalam jumlah yang cukup besar. Secara bisnis, Syeikh Gombak
merasa akan rugi jika seluruh cadangan tembaganya digunakan untuk keperluan
militer. Karena itu, secara diam-diam, Syeikh Gombak menjalin hubungan bisnis
dengan seorang pedagang dari Malaka untuk menjual cadangan tembaganya.
Transaksi dan pengiriman tembaga keluar wilayah Patani dilakukan pada malam
hari. Namun, ekspor ilegal itu akhirnya terbongkar oleh pasukan penjaga pantai
Kesultanan Patani. Tindakan yang
dianggap pengkhianatan itu kemudian dihadapkan oleh militer kepada Raja Biru.
Tindakan dua orang tersebut kemudian diadili oleh kesultanan. Setelah terbukti
melanggar, Syeikh Gombak bersama Abdul Mubin kemudian dihukum mati. Menurut
Hikayat Patani, Syeikh Gombak bersama Abdul Mubin dieksekusi matai di suatu
tempat bernama Pintu Gajah di kaki jambatan Kedi. Hikayat Patani mencatat
eksekusi tersebut sebagai berikut:
“Maka
mayatnya pun dibuangkan pada Sungai Parit itulah. Dengan takdir Allah Ta’ala di
atas hambanya, maka mayat Syaikh Gombak itupun terdiri hingga pinggangnya di
atas air itu, dan mayat Abdul Mu’min itu terdiri sehingga dadanya di atas air.
Apabila air surut mayat kedua itu pun hanyut hilir, kedua beriring-iring seperti
orang berjalan rupanya: apabila air pasang mayat kedua orang itu hanyut balik
ke jambatan pula, tiga hari lamanya yang demikian itu. Maka dipersembahkan
orang kepada Tuk Besar. Arakian maka Tuk Besar pun masuk mengadap raja
memohonkan mayat Nahkoda Gombak dengan mayat Abdul Mu’min. Maka mayat itu pun
dikurniakan baginda, maka mayat kedua itu pun disuruh oleh Tuk Besar bawa ke
seberang. Setelah sampai ke pantai seberang itu, maka mayat Nahkoda Gombak dan
Abdul Mu’min itu pun ditarik orang naik hendak dikuburkan. Maka dengan takdir
Allah Ta’ala mayat Tuk panjang dua bermurid dengan Abdul Mu’min pun
sekonyang-konyang memanjangkan dirinya dengan lembut, tiada pernah mayat orang
demikian itu. Maka mayat kedua itu pun dikuburkan oranglah. Setelah sudah disebut
orang kubur Tuk Panjang datang sekarang ini pada tempat Tuk Panjang itulah.”
Dalam
Hikayat Patani disebutkan, bahwa jenazah dua orang terpidana mati itu hendak
dibuang ke laut melalui sungai. Namun selama tiga hari, jenazah yang dibuang
itu tersangkut di pinggir sungai dan terkendala untuk dibuang dengan peristiwa
yang tidak logis. Peristiwa itu kemudian dilaporkan kepada sultan. Berdasarkan
prinsip kemanusiaan dan agama, Raja Biru kemudian memutuskan untuk
memerintahkan prajuritnya memakamkan jenazah dua terpidana mati itu secara
layak. Kedua jenazah dimakamkan di Kampung Datuk yang memang terletak di tepi
pantai. Pada saat akan dimakamkan, peristiwa yang dianggap klenik kembali
terjadi. Saat jenazah akan dimasukkan ke liang lahat, ukuran jenazah selalu memanjang
sehingga liang lahat tidak cukup. Beberapa kali liang lahat diperpanjang, namun
jenazah selalu tidak cukup. Akhirnya diputuskan untuk menggali liang lahat
dengan ukuran maksimal, yakni sekitar enam meter. Barulah jenazah bisa
dimasukkan ke liang lahat. Namun hingga kini, di kalangan masyarakat Patani
berkembang mitos bahwa panjang ukuran makam tersebut kerap berubah. Mitos Kampung Datuk masih sangat mengakar dan
diwariskan secara lisan dan tulisan antar generasi di masyarakat Patani. Cerita
Mitos Kampung Datuk merupakan perpaduan atau campuran dari peristiwa sejarah
dan fiktif untuk tujuan nasionalisme bangsa Patani. Namun, kajian atas Mitos
Kampung Datuk selama ini masih minim dilakukan. Hal ini juga tidak lepas dari
kebijakan politik pemerintah Thailand yang selama ini cukup represif dalam
memberikan akses kebebasan terhadap pengembangan budaya Patani.
2. Fungsi Mitos Kampung
Datuk
Mitos
merupakan cerita yang diyakini bahwa benar ada oleh sebagian masyarakat. Mitos
dalam masyarakat Patani (Thailand Selatan) adalah kumpulan cerita yang terjalin
dalam kebudayaan masyarakat, dimana mitos-mitos tersebut adalah warisan setelah
keruntuhan kerajaan kesultanan Melayu Patani. Disana banyak pesan yang harus
diambil oleh generasi belakang. Mitos Kampung Datuk merupakan suatu cerita yang
ditutur sejak turun temurun. Walau sudah beratus tahun namun mitos ini masih
dibicarakan karena keberadaan mitos ini wujudnya berupa kuburan yang panjangnya
tidak normal. Hal ini telah terbukti bagi pengunjung yang datang. Mitos Kampung
Datuk banyak mengandung makna bagi masyarakat khususnya, arti penting dan
kesakralan mitos Kampung ini masyarakat penganut tersebut menjadikan cerita
mempunyai fungsi tersendiri. Keberadaan mitos di masyarakat tentu tidak lepas
dari kepunahan. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat tentang mitos sudah
mulai hilang. Apa lagi sambutan generasi baru kurang untuk menghayati dan
melestarikannya. Walau bagaimanapun mitos kampung dato' ini sangat banyak
fungsi yang kerap dimanfaatkan oleh masyarakat tempatan dan masyarakat umumnya.
Fungsi Mitos Kampung Datuk sebagai berikut.
a)
Mitos
Kampung Datuk Berfungsi sebagai Tempat Menunaikan Hajat
sebuah
mitos tidak hanya memberikan bahan informasi mengenai kekuatan-kekuatan Gaib,
akan tetapi juga mempunyai nilai-nilai yang diwujudkan melalui simbol-simbol
yang digunakan untuk membantu menjalani kehidupan sehari-hari. Mitos Kampung
Datuk wujudnya berupa kuburan yang nyata dan dapat disentuh dengan pancaindera.
Di tempat ini tidak hanya menjadi simbol sejarah, namun di sini juga adalah
tempat pemulihan jiwa bagi masyarakat atau dalam bahasa yang lain adalah tempat
melepaskan hajat.
(1) Sampai
sekarang tempat ini masih dianggap tempat keramat karena menjadi tempat
menunaikan hajat contoh seseorang yang bercita-cita melakukan sesuatu dan dia
berniat di kuburan tersebut bahwa sekiranya cita-citanya itu tercapai, dia akan
menunaikan hajat atas kesempurnaan tersebut dengan melakukan ritual berupa
penyembelihkan binatang, pemberian hadiah dan sebagainya.
Data
(1) di atas menunjukkan bahwa kuburan Datuk Gombak dan Abdul Mubin yang menjadi
milik mitos Kampung Datuk ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat dalam urusan
kerohanian. Data di atas menyebutkan bahwa masyarakat di Thailand Selatan masih
mempercayai kekuatan-kekuatan Gaib. Di sana mereka menyembelih kambing pada
saat hajatnya tercapai contoh seperti melunasi hutang, nazar, dan lain-lain.
b)
Mitos
Kampung Datok Berfungsi sebagai Sarana Pendidikan
Secara umum fungsi mitos adalah memberikan
informasi dan mengajarkan kepada kita mengenai suatu kehidupan dan
nilai-nilainya. Fungsi mitos yang kedua adalah mitos Kampung Datuk berfungsi
sebagai sarana pendidikan. Hal ini ini diungkapkan oleh sukatman dalam bukunya
yang berjudul Mitos Tradisi Lisan di Indonesia. Kepercayaan terhadap mitos
menjadikan mitos sebagai sarana pendidikan yang cukup efektif untuk memberikan
pengajaran dan menanamkan nilai-nilai kebudayaan, norma-norma sosial, dan
keyakinan masyarakat. Mitos-mitos dikembangkan untuk mengajarkan dan menanamkan
nilai-nilai budaya, pemikiran dan pengetahuan. Melalui mitos Kampung Datuk ini
menyelit beberapa pesan yang disampaikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak
Zulfikri sebagai salah seorang narasumber dalam penelitian kali ini.
(2)
Setiap bangsa
ada mitos yang dapat digunakan sebagai sarana dalam pendidikan bangsanya. Di
mana di sebalik mitos tersebut mengandungi pengajaran yang dapat digunakan
sebagai ikutan atau tauladan. Begitu juga dengan Mitos Kampung Datok atau Mitos
Tok Panjang yang terdapat di dalam Hikayat Patani. Mitos tersebut mencerita
bagaimana seorang peniaga yang datang berniaga di zaman kerajaan Melayu Patani
dahulu, telah melanggar perintah atau larangan yang telah dikenakan agar tidak
membenarkan menjual beli timah atau tembaga. Namun peniaga tersebut telah
mengengkari larangan tersebut lalu dia telah dihukum bunuh oleh raja tersebut.
Melalui mitos tersebut kita dapat melihat bagaimana masyarakat Melayu di zaman
dahulu, sangat taat dan patuh kepada perintah raja dan jika terdapat sesiapa
yang mengengkarinya dia akan mendapat balasan yang setimpal dengan
perbuatannya. Nilai taat setia yang terdapat
di dalam kisah tersebut dan diamalkan oleh masyarakat di zaman dahulu, adalah
sangat berguna sebagai sarana di dalam pendidikan. Malah nilai ketaatan
tersebut bukan sahaja kepada raja atau pemerintah, malah nilai ketaatan itu
merangkumi ketaatan kepada ibu bapa serta perintah Tuhan. Tuhan akan memberikan
pembalasan yang setimpal dengan perbuatan tidak mematuhi ibu bapa dan memdapat
pembalasan dosa di akhirat kelak jika sesorang melakukan perbuatan yang boleh
merusak dirinya, masyarakat dan negara.
Dari
(2) data di atas menggambarkan bahawa betapa penting sebuah parsitipasi dalam
masyarakat, antar pemimpin dan kelompok rakyat, kerana jika terjadi pelanggaran
terhadap kebijakan yang berlaku, maka seorang pemimpin juga harus tegas untuk
mengambil kebijakan dan menjaga kemaslahatan umum. Dalam cerita ini juga
memberi kesan yang baik, kerana dari segi positif nya kita bisa memandang
bahawa taat kepada pemimpin harus dia mati secara baik. Kerana jika kita
melihat dari peristiwa yang misteri ini. Jika tidak berlaku pelanggaran maka
tidak akan adanya hukuman mati ke atas pelaku itu. Begitu juga dalam masyarakat
kita perlu mengambil pengajaran sebuah pendidikan karakter bahawa antara atasan
dan bawahan harus berpartisipasi untuk sama-sama bergerak menuju negara yang
aman dan makmur
c) Mitos Kampung Datuk Berfungsi sebagai Sumber
Pengembangan Wisata Budaya
Mitos
Kampung Datuk memiliki fungsi sebagai pengembangan wisata budaya di kota
Pattani. Selain tempat ini menjadi simbol sejarah Patani, masyarakat juga
memanfaatkan sebagai tujuan wisata yang bernilai kebudayaan dan sejarah. Bukan
hanya bisa menarik wisatawan dari tempatan yakni dari Thailand. Justru, di sini
menjadi sasaran bagi para pencinta sejarah dan juga mengkaji konflik di Patani
turut pengunjung di sini. Sebagaimana dijelaskan oleh warga tempatan yang
beliau juga adalah guru bahasa Melayu di sebuah sekolah swasta agama di wilayah
Pattani.
(3)
Bagi masyarakat tempatan tentu kisah mitos
kampung Datok sudah tidak asing lagi, kerana ia selalu menjadi tumpuan para
pelawat dari pelbagai destinasi untuk melawat dan melihat dengan diri sendiri
tentang mitos Tok Panjang yang telah diceritakan di dalam buku sejarah dan juga
Hikayat Patani. Di mana kisah tersebut bukan sekadar kisah yang tidak berasas
malah terdapatnya bukti tentang kesahihan kubur Tok Panjang di Kampung datok.
Malah bagi ahli sejarah atau peminat tentang Patani yang berada di alam
Nusantara, juga turut sama menjejaki ke pusara tersebut, dengan ini ia telah
menjadi daya tarikan bagi para pewisata untuk datang berkunjung.
Dari
data (3) yang dituturkan oleh bapak Ibrahim bin Syukri merupakan bentuk fungsi
meter sebagai pengembangan wisata budaya. Selain yang datang adalah bertujuan
menunaikan hajat pribadi sesuai dengan data yang dinyatakan sebelumnya, ada
juga yang datang hanya ingin mengunjungi dan melihat keajaiban yang terjadi
terhadap kuburan Datuk.
d)
Mitos
Kampung Datuk sebagai Upaya Menjaga Identitas Bangsa Patani
Dalam
sejarah Patani ditakluk Bangsa Siam pada tahun 1785 M. sejak itu mulai adanya
kebijakan dan polisi dari pemerintah Bangkok untuk coba mengsiamisasikan bangsa
yang ada dibawah jajahanya. Maka selama ini masyarakat di Thailand Selatan
masih bisa mempertahankan jati diri Melayu-Islam sampai sekarang dan salah satu
strategi dari para sesepuh agar tidak hilangnya jati diri sebagai bangsa Melayu
Patani. Maka digalakan untuk diceritakan kepada anak –anak cucu tentang kisah
misteris di zaman dahulu dan salah satunya adalah mitos kampong datuk. Hal ini
dikuatkan oleh bapak Hasan dalam wawancara.
(4)
Menurut Hasan
Yamadibu, sejarawan Patani dan ketua Lembaga Bunga Raya Group, mitos Makam
Kampung Datuk terus dilestarikan terutama oleh generasi tua Patani karena
memiliki tujuan politis. Yakni untuk memelihara dan dan menjaga nasionalisme
bangsa Patani. Sebab, hingga kini masyarakat Patani merasa dijajah oleh
Thailand.
Mitos
Kampung Datuk masih sangat mengakar dan diwariskan secara lisan dan tulisan
antar generasi di masyarakat Patani. Cerita Mitos Kampung Datuk merupakan
perpaduan atau campuran dari peristiwa sejarah dan fiktif untuk tujuan
nasionalisme bangsa Patani. Namun, kajian atas Mitos Kampung Datuk selama ini
masih minim dilakukan. Hal ini juga tidak lepas dari kebijakan politik
pemerintah Thailand yang selama ini cukup represif dalam memberikan akses
kebebasan terhadap pengembangan budaya Patani.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan mengenai wujud Wujud
Mitos Kampung Datok di Provinsi Pattani, Thailand Selatan, fungsi mitos,
nilai,serta pemanfaatan mitos sebagai alternatif materi pembelajaran Bahasa
Melayu dan sastra di tingkat Aliyah, dapat diuraikan kesimpulannya sebagai
berikut.
Cerita mengenai mitos Kampung Datuk wujudnyanya berupa
sebuah kuburan yang panjang menyalahi normal,
dan diceritakan melalui tuturan. Apabila baginda Raja Biru memerintah. Beliau
merancang untuk membina Meriam, Di sebabkan dalam negeri Patani pada waktu itu
belum ada loji pelebur besi, maka terpaksalah meriam-meriam itu diperbuat
daripada tembaga kuning. Bagi mengumpul tembaga kuning secukupnya, Raja Biru
telah mengeluarkan peraturan melarang menjual beli tembaga kuning keluar negeni
dalam masa 3 tahun. Bagi mereka yang memilikinya pula digalakkan menjual atau
mempersembahkan kepada raja. Dan barang siapa yang melanggar peraturan itu akan
dikenakan hukuman mati atau bunuh.
Fungsi
mitos Kampung Daruk meliputi (1) Mitos Kampung Datuk Berfungsi sebagai Tempat
Menunaikan Hajat (2) Mitos Kampung Datok Berfungsi sebagai Sarana Pendidikan.
(3) Mitos Kampung Datuk Berfungsi sebagai Sumber Pengembangan Wisata Budaya.
Dan (4) Mitos Kampung Datuk sebagai Upaya Menjaga Identitas Bangsa Patani.
Mitos Kampung Datuk wujudnya berupa kuburan yang nyata dan dapat disentuh
dengan pancaindera. Di tempat ini tidak hanya menjadi simbol sejarah, namun di
sini juga adalah tempat pemulihan jiwa bagi masyarakat atau dalam bahasa yang
lain adalah tempat melepaskan hajat. kepercayaan terhadap mitos menjadikan
mitos juga sebagai sarana pendidikan yang cukup efektif untuk memberikan
pengajaran dan menanamkan nilai-nilai kebudayaan, norma-norma sosial, dan
keyakinan masyarakat. Mitos Kampung Datuk masih sangat mengakar dan diwariskan
secara lisan dan tulisan antar generasi di masyarakat Patani. Cerita Mitos
Kampung Datuk merupakan perpaduan atau campuran dari peristiwa sejarah dan fiktif
untuk tujuan nasionalisme bangsa Patani.
Aliyah,
Muhimatul. 2011. “Nilai Kultural Pujian Salat Lima Waktu Dalam Masyarakat Jawa Di Songgon-Banyuwangi”. Tidak
Diterbitkan. Skripsi. Jember:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jember.
Al-Fatani, Ahmad Fathy. 1994. Pengantar
Sejarah Patani. Alor Star: Pustaka
Darussalam.
Amir,
Adriyetti. 2014. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
Astuti. 2015. Buku Pedoman Umum
Pelajar Sejarah. Bandung: Lembar Langit
Indonesia
Shukri, I. 2002. Sejarah
Kerajaan Melayu Patani, Bangi: Penerbit Universiti Kebangsaan
Malaysia,
Arikunto, S. 2006. Metode
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
A. Teeuw
& D. K. Wyatt. 1970. Hikayat Patani: The Story of Patani.
Bibliotheca
Indonesica 5. The Hague: Martinus Nijhoff,
Angeline, M. 2015. Mitos dan Budaya.
https://media.neliti.com/media/publications/167291-
ID-mitos-dan-budaya.pdf
[Diakses pada 24 Juni 2019].
Badan Litbang Lektur dan Diklat
Kementerian agama RI. 2013. Dinamika Islam
Filipina,
Burma dan Thailand. Jakarta: Puslitbang Lektur dan
Khazanah
Keagamaan.
Damayanti, Aulia M.E. 2018. Mitos
Dalam Upacara Adat Kebo-Keboan Masyarakat Osing
Di
Desa Alasmalang Kabupaten Banyuwangi: Kajian Etnografi.
Skripsi. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Jember.
Danandjaja, James. 2002. Folklor
Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-
Lain.
Jakarta: Grafitti Press.
Hadi ,Sutrisno. 2004. Metodologi
Research2. Andi Offiset, Yogyakarta, 2004
Emzir. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta. Rajawali
Pers.
Endraswara, S. 2013. Folklor
Nusantara: Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Yogyakarta. Penerbit
Ombak (Anggota
IKAPI)
Farid Mat zain,
Mohamed, Samsu. 1998. Minoriti Muslim di Thailand. Selangor.
Penerbitan L Minda
Febriyanti, Ade Terina. 2011. Mantra
Dalam Upacara Adat Kebo-Keboan Masyarakat Using
Banyuwangi
.
Skripsi. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Jember.
Iswidayati, Sri. 2007. Fungsi
Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Pendukungnya.
Harmonia Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni.
Izmiatuti, Ocvida. 2019. Mitos
Putri Mayang Sari Di Kabupaten Jember. Skripsi.
Jember:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jember.
A.Malek. Mohd. Zamberi. 1994. Patani
dalam Tamadun Melayu. Kuala Lumpur,
Malaysia : Dewan
Bahasa dan Pustaka.
Permadi, Dwi Andika. 2018. Mitos
Di Wilayah Rawa Bayu Dan Pemanfatannya
/Sebagai
Materi Pembejaran Sastra Di SMA. Skripsi. Jember:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jember.
Rafiek, M. 2010. Teori Sastra:
Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Rafika
Aditama
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa
Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), 660.
Alo Liliweri,M.S.2003,Dasar-Dasar
Komunikasi Antarbudaya, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
Mawardi, Rizal. 2019. Penelitian
Kualitatif : Pendekatan Etnografi
https://dosen.perbanas.id/penelitian-kualitatif-pendekatan-etnografi/
[Diakses pada 24 Juni 2019]
Meinarno, dkk. 2011. Manusia dalam
Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta:
Salemba Humanika.
Miles, Matthew B dan A. Michael
Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: Universitas Indonesia Pers.
Moloeng, Lexy J. (2007) Metodologi
Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung
Kaelan, 2005. Metode Penelitian
Kualitatif Bidang Filsafat. Paradigma.
Yogyakarta.
Sari, Eliya Prativa. 2015. Mitos
Dalam Ritual Larung Sesaji Bumi Masyarakat
Jawa
Kota Probolingo. Skripsi. Jember: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jember.
Solaeman. 2007. Ilmu Budaya
Dasar. Bandung: PT. Refika Aditama
Sutrisno Hadi, Metodologi
Research 2, Andi Offset, Yogyakarta, 2004
Sukatman. 2002. Apresiasi folklor
nusantara (teori dan aplikasinya).
Jember: Depdiknas Jember.
Sukatman. 2009. Butir-Butir Tradisi Lisan
Indonesia (Pengantar Teori dan
Pembejarannya).Yogyakarta: Laksbang PRESSindo.
Sukatman. 2011. Mitos dalam
tradisi lisan Indonesia. Jember: Center for Socienty
Studies (CSS) :
Jember
Iswidayati, S. 2007. Fungsi
Mitos Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Pendukungnya.
Harmonia Jurnal Pengetahuan Dan Pemikiran Seni. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/view/790/721. [Diakses pada 22 Desember 2019].
Williams,
Timothy. 2011. “Beyond Development and Counter-Insurgency; Searching for
A
Political Solution to The Malay Secessionist Conflict in Southern Thailand”, Scholar
Report, London School of Economics and Political Science Asia Research Centre
(ARC)-Thailand Government Scholarship
Yusuf,
Imtiyaz. 2009. “Ethnoreligious and Political Dimensions of The Southern
Thailand
Conflict”, dalam Amit Pandya and Ellen Laipson (eds), Islam
and Politics, Renewal and Resistance in Muslim World. Washington DC: The Henry
L. Stimson Center.
ไม่มีความคิดเห็น:
แสดงความคิดเห็น