วันเสาร์ที่ 28 ธันวาคม พ.ศ. 2562


ORANG TUA BERNAMA PATANI
oleh : Awwabin Helmi

orang tua itu
menyilih musim menadah sendu
meratap nasib cucunya
yang dihanyut penjajah

tak kenal mula dan jati
bak kertas disobek
dari kepingan kitab
dilemparkan di tengah lautan
melintang arah menanar tuju
menunggu tika
ditenggalam ke dasar mendap.

lalu, berkata orang tua itu:
duhai! cucuku
sekian tanah dirompak 
jangan jiwa bertakhta palsu
dan minda dibelenggu.

kepadamu cucuku
dibahumu bergantung harap
anak-anak riang
bersiul lagu kedamain
menari di bawah teduh keadilan.

tika langit bergema suara
Allahu akbar, kita sudah merdeka.

Patani - Kelantan, 21 Juli 2018.

Petikan dari Buku :Tinta Cinta di Langit Garuda karya Awwabin Helmi & Zamri Idris


PADAMU HMPI

oleh ; Awwabin Helmi

padamu HMPI
kitakah serumpun bumbu itu  
teduh merimbun menggapai awan
sejiwa sekata mengikat sudara
seraga janji mencapai cita.

padamu HMPI
kita datang dari lumpur sawah
dan asam cuka di kebun getah
dalam ceria kita belajar berhemah
dalam duka kita mengorak langkah

ada tika dilanda gelisah
namun, kita tetap tabah mengurai musibah.

padamu HMPI
di sini kita hayati perjalanan
di sini kita matangi pengalaman
di sini kita menilai sempadan
di sini kita tekuni teladan

di sini,
kita bina kekuatan dari sepuluh jari
dan jiwa pertiwi
mengukuh imam pada Ilahi.

padamu HMPI
kita kutip batu-batu diri
bersatu membina mahligai jati
demi watan dan cinta pertiwi
bersamamu HMPI kita berbakti.

Petikan dari Buku :Tinta Cinta di Langit Garuda karya Awwabin Helmi & Zamri Idris







MULTIKULTURALISME DALAM CERPEN
ASMAH LARI IKUT JANTAN TAK BERJAWI
KARYA M. SURTAN AU-SEN

Awabeen Samsuding 
Universitas Jember


ABSTRAK

Berangkat dari konflik antar etnis yang belum tuntas diatasi cerpen ini mencerminkan dampak yang menimpa masyarakat Patani yang kini masih kental dengan sistem  daerah operasi militer (DOM), kononnya menjadi solusi bagi pemerintahan Thailand dalam merungkai konflik di Thailand Selatan. Cerpen ini mengangkat latar tempat di Patani di mana ada seorang gadis Melayu dan beragama Islam yang menjadi anak pemilik warung kopi kecil di sebuah desa yang bernama Sungai Batu, cinta yang tidak sengaja dirancang. Tiba-tiba subur menjadi sebuah ikatan dengan seorang tentera aparat pemerintah yang beragama Budha. Akhirnya Asmah mengikuti lelaki berseragam tentera itu karena ayahnya sangat mengecam beralasan berbeda agama dan budaya. Dalam artikel ini menggunakan pendekatan Sastra Multikulturralisme sebagai permasalahan dalam cerpen ini. penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian adalah multikulturalisme dalam cerpen Asmah Lari Ikut Jantan Tak Berjawi Karya M. Surtan Au-Sen.  Tujuan dari artikel ini mengajak untuk memahami Multikutural di Masyarakat Patani (Thailand Selatan) yang berujung gagal dalam proses komunikasi karena fanatik yang tertanam dan kebencian terhadap pemerintah yang dianggap penjajah.

Kata Kunci : Multikulturalisme, Cerpen dan Patani

     A.    Pendahuluan
Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang indah yang berupa gambaran realita kehidupan atau bahkan imajinasi pengarang. Berdasarkan genrenya, karya sastra terbagi atas tiga bagian, yakni prosa, puisi dan drama. Prosa atau yang disebut dengan istilah fiksi merupakan suatu karangan yang berisi kisah atau cerita yang dibuat berdasarkan imajinasi pengarang. Meskipun demikian, kisah yang disajikan dalam cerpen tetap rasional karena terkadang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. Salah satu jenis prosa fiksi ialah cerpen.
Sebagai salah satu bentuk prosa fiksi, cerpen merupakan sebuah karya yang memaparkan satu peristiwa mengenai manusia melalui tulisan yang singkat, padat dan langsung pada tujuannya. Sesuai dengan namanya, cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang akan habis dibaca dalam sekali duduk kira-kira setengah hingga dua jam lamanya. Meskipun demikian, sebuah cerpen tetap memuat unsur intrinsik dan ekstrinsik yang saling berkaitan guna mencapai keutuhan dan kesatupaduan cerita yang dibawa.
Dalam cerpen bisa dilatarbelakangi peristiwa perbedaan budaya atau agama. Di situ akan terpapar nilai-nilai Multikuturalisme yang menjadi permasalahan dalam cerpen tersebut. Multikultural membahas tentang etnis dan agama yang terdapat pada masyarakat multikulturalisme. Etnis Munculnya ragam agama menjadikan masyarakat memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap SARA yang saling berdampingan. Dalam kajian kritik sastranya tentu membahas tentang karya sastra yang di dalamnya mengangkat sebuah perpaduan lebih dari satu kultur. Dengan tetap berpegang pada hakikat multikultural yang sangat memerhatikan sikap toleransi terhadap perbedaan. Demikian pula pada bahasan ini tentang kritik sastra multikultural.
Sastra multikultural adalah karya sastra yang di dalamnya merefleksikan interaksi dua kultural atau lebih. Menurut Taufik (dalam Supratno, 2016) pada prinsipnya sastra multikultural adalah seluruh karya sastra yang menggambarkan pola interaksi dua kelompok atau lebih kultur yang ada dalam karya sastra. Karya sastra multikultural terdapat dalam karya sastra daerah, nasional, maupun internasional. Sastra multikultural dapat ditinjau secara global atau bahkan internasional, dapat juga bersifal lokal atau nasional.
Multikulturalisme mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Multikulturalisme merupakan suatu paham yang beranggapan bahwa sebuah budaya yang berbeda memiliki kedudukan sederajat. Menurut Liliweri (2005:70), multikulturalisme adalah tentang penyadaran individu ataupun kelompok atas keberagaman budaya, yang pada gilirannya mempunyai kemampuan untuk mendorong lahirnya sikap toleransi, dialog, kerja sama, di antara beragam etnik dan ras.
Berkaitan dengan hasil kebudayaan yang berhubungan dengan sastra, cerpen Asmah Lari Ikut Jantan Tak Berjawi Karya M. Surtan Au-Sen merupakan cerpen yang menceritakan bagaimana Multikulturalisme coba diperankan walaupun akhirnya tidak tercapai seperti di atas bahwa Multikulturalisme mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Cerpen ini mengangkat latar tempat di Patani di mana ada seorang gadis Melayu dan beragama Islam yang menjadi anak pemilik warung kopi kecil di sebuah desa yang bernama Sungai Batu, cinta yang tidak sengaja dirancang. Tiba-tiba subur menjadi sebuah ikatan dengan seorang tentera aparat pemerintah yang beragama Budha. Akhirnya Asmah mengikuti lelaki berseragam tentera itu karena ayahnya sangat mengecam beralasan berbeda agama dan budaya.

Berdasarkan permasalahan kebudayaan di atas, hal yang akan diamati dan menjadi fokus oleh penulis adalah bagaimana penerapan multikulturalisme dalam cerpen ini Secara umum menarik untuk dibaca karena menyuguhkan konflik yang terjadi di Patni. Meskipun bahasa yang digunakan adalah Melayu dan cukup sulit untuk dipahami dalam waktu singkat, tetapi alur yang runtut serta konflik yang ditulis dengan baik membuat cerpen tersebut tetap menarik untuk dibaca. Permasalahan budaya, bangsa sangat nampak sebagai pesan moral dalam novel tersebut. Perbedaan budaya, bangsa, dan agama dalam cerpen ini menjadi konflik utama yang disuguhkan.


    B.     Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian adalah multikulturalisme dalam cerpen Asmah Lari Ikut Jantan Tak Berjawi Karya M. Surtan Au-Sen. yang mencakup unsur pembangun yang di dalamnya terdapat penokohan, alur, dan latar. Sumber data penelitian ini adalah novel cerpen Asmah Lari Ikut Jantan Tak Berjawi Karya M. Surtan Au-Sen. Data dikumpulkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Membaca cerpen secara berulang-ulang sambil menandai unsur yang berkaitan, (2) menginvetarisasikan dengan menggunakan format invetarisasi data. Setelah data dikumpulkan, data tersebut dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengkalisifikasikan data, (2) menginterpretasi data, (3) menafsirkan temuan dan pembahasan dari permasalahan-permasalahan yang ada, dan (4) menulis laporan berdasarkan hasil temuan.


    C.    Pembahasan
Menurut Parekh (dalam Taufiq, 2017:1) masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas kultural. Pembahasan soal multikultural senantiasa terkait dengan bagaimana negara mempersepsikan, mengonsepkan, dan merumuskan kebijakan strategisnya terhadap fakta multikultural tersebut. Hal tersebut dapat dioperasionalkan dengan mengandaikan dua hal, yakni yang pertama negara tidak dapat mengelak terhadap fenomena multikultural terhadap kelompok kultural bangsa yang eksis di dalamnya dan yang kedua yakni pada saat yang sama, negara juga tidak memiliki keabsahan untuk membangun persepsi, konsep, dan kebijakan yang semena-mena terhadap fenomena multikultural tersebut.
(Taufiq, 2017: 2). Hubungan multikultural lahir dari proses manusia yang berimigrasi ke daerah lain. Hal ini diperkuat oleh pendapat Darma (dalam Taufiq, 2017: 10) bahwa wacana multikultural itu muncul dan berkembang sejak dimulainya proses migrasi manusia ke daerah lain, yang kemudian mengakibatkan terjadinya interaksi sosio-kultural. Hubungan multikultural antara dua atau lebih entitas masyarakat yang memiliki kebiasaan dan identitas kultural berbeda yang terrepresentasikan dalam teks sastra. Sehingga, karya sastra yang mencerminkan keberagaman yang diantaranya mengenai berbagai suku, ras, agama, adat istiadat dan pola-pola perilaku, pada hakikatnya adalah karya sastra multikultural.
Dalam Cerpen ini mencerminkan bagaimana kondisi konfllik yang makin menjadi-jadi karena penerapan kebijakan Daerah Operasi Militer (DOM). Di mana militer yang beragama Buddha dikirimkan untuk mengawasi konflik yang terjadi di Patani (Thailand Selatan). Di mana  Patani adalah sebuah Wilayah yang Mayoritas Melayu-Islam. Asma dalam cerita  adalah Seorang putri dari pembuka warung kopi di perkampungan. Yang menjalin cintanya tanpa sengaja. Dan tidak sadari bahwa cintanya haram di sisi warga karena Orang Melayu dan Buddah sudah fanatik yang luar biasa kononnya tanah Patani adalah tanah Jajahan Bangsa Siam Budha sampai sekarang masih ada penuntutan hak untuk mengembalikan negara Patani Darussalam yang pernah megah pada abad yang ke-15. Cinta asma dan tentera itu tidak disetujui oleh keluarganya dengan alasan dia berbangsa dan agama yang berbeda dengan Asma. Sehingga saat Ayahnya ketahui Asma dipukul dengan rotan dengan kejam sampai asma pengsan dan setelah itu Asma dikurung dalam kamar. Akhirnya cinta yang  menggerak hati Asma untuk menelpon kepada tentera itu agar menjemputnya untuk keluar lari dari kampungnya. Dan hal ini setelah diketahui oleh penduduk kampung sangat menjadi heboh karena dianggap melampaui adat bagi warga setempat. Bagaimana bisa wanita muskim bisa bercinta dan bisa bernikah dengan orang Budha. Dan bebearpa waktu kemudian dapat kabar bahwa ada yang menemukan Asma di Bangkok dalam keadaan tak berkerudung lagi. Dan perutnya membesar mengandung.

Multikultural Dalam Konteks Etnis/Ras

Menurut Taufiq (2017:22-24) perspektif multikultural dalam konteks etnis/ras sebenarnya mengandaikan adanya hubungan antara etnis dan ras tersebut dengan kekuatan struktur yang ada di luarnya. Hal tersebut berarti bahwa penggambaran adanya keterkaitan etnis/ras yang satu dengan yang lain, dalam konteks relasinya dengan kekuatan yang lebih besar dapat dikategorikan terdapat hubungan multikultural.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka pengungkapan multikultural dalam konteks etnis/ras selalu menggambarkan dua pola hubungan. Pertama, secara horisontal, menyangkut interaksi antar kelompok etnis/ras. Kedua, secara vertikal menyangkut relasi etnis/ras tersebut dengan kekuatan negara atau globalitas. Pola hubungan tersebut dapat dideskripsikan sebagai tiga titik dalam segitiga emas hubungan multikultural.
Pertama, hubungan antar etnis/ras misalnya, juga menampakkan suatu fenomena hubungan yang tidak pernah selesai; selalu ada proses dinamika hubungan dan komunikasi sosio-kultural yang tidak pernah berhenti dilakukan. Hal itu, terjadi karena tidak selamanya pola hubungan antar etnis/ras itu selalu menunjukkan keharmonisan. Ada titik-titik tertentu, di mana hubungan itu mengalami kondisi disharmonisasi yang dapat mengganggu hubungan antar etnis/ras tersebut.
Kedua, hubungan etnis/ras dengan negara, dalam hubungan tersebut terdapat kondisi yang sangat dipengaruhi oleh aspek sosial, politik, ekonomi, bahkan terkait dengan dua hubungan kekuatan tersebut. Sebuah hubungan yang saling menyerap, mengadaptasi, bahkan tak jarang mengakuisisi dikarenakan adanya dominasi kekuasaan salah satu pihak dalam hubungan tersebut. Melalui hal tersebut, dapat dilihat bahwa hubungan etnis/ras dengan negara, merupakan hubungan yang dinamis.
Ketiga, dalam konteks hubungan etnis/ras dengan globalitas, dipercaya terjadinya interaksi dua faksi tersebut dalam ruang rasio-kultural. Namun demikian, hal yang terjadi adalah penindasan kelompok etnis/ras sebagai representasi lokal/ atau lokalitas dalam menghadapi penetrasi global. Hal tersebut menyebabkan lokal/lokalitas terserap oleh arus globalisasi. Tentunya, hal tersebut memerlukan tindakan pencegahan, pilihan yang mungkin dapat dilakukan yaitu, etnis/ras sebagai representasi lokal menjadi pihak yang membangun strategi sosial secara eksklusif atau menjadi kekuatan inklusif global. Dalam konteks tersebut, membangun ruang pertukaran kultural menjadi satu kemungkinan yang dapat dipilih (Taufiq, 2017:23-24).
Dari penjabaran di atas dalam konteks multikultural dalam konteks etnis/ras cerpen Asma Lari ikut Jantan Tak Berjawi. Bisa digolong dalam penjabaran yang pertama yakni menampakkan suatu fenomena hubungan yang tidak pernah selesai. Dalam kondisi konflik yang berpanjangan sejak tahun 1786 M. Masyarakat Patani selalu membangkit untuk melawan samada berbentuk kompromi ataupun secara keras. Maka walaupun sudah melewati beberapa kurun namun seoalah fanatik selalu tertanam dalam jiwa orang Melayu Patani terhadap pemerintahan Thailand dan masyarkat yang beragama Budha. Secara singkatnya orang Melayu yang menjadi minoritas di negara Mayoritas Buddha ini, tidak pernah mempercayakan kepada orang yang beda agama dan budaya. Di situ gagalnya proses multikultural ditampakkan secara jelas serprti dalam kutipan di bawah ini;
“ Eh, apa nak jadi di zaman sekarang budak-budak Melayu kito berani lari ikut thahan—askar,” kata Pak Ahmad membuka bicara selepas menghirup kopi pahitnya.
 “Betul, kurae aja budak loning. Napak ye yaangok tapi faanga buruk supa apa. Thahan Siae tu bukae yangok  sangat. Bodoh sekali!” balas Pak Ali dengan geram yang bermaksud, kurang ajar budak sekarang, nampak saja cantik tapi perangai buruk seperti apa. Tentera Siam itu bukan tampan sangat.
“Ya, sungguh malu. Tapi apa kita boleh buat?” ujar Zamri.
“Kalau itu anak aku, baik aku tembak mampus! Laknatullah. Cuba mu tengok bukit yang tinggi itu, begitulah adat agama kito harus dijunjung tinggi  dan terus kekal selamanya,” marah Pak Husen yang selama ini  banyak duduk diam saja.
Dari kutipan di atas terlihat fanatik yang tertanam dalam jiwa masyarakat Melayu Muslim di Patani. Pemerintah beberapa kali gagal menangani konflik di Thailand Selatan. Bahkan beberapa kasus munculnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat pemerintah karena kedatangan militer di Patani membuat kacau warga Patani sempat terjadi heboh pada 2018 lalu. Warga menemukan tentera dan gadis Patani sedang berduaan mesum di kamar mandi masjid di Kampung Rai, Yala.  
Dan membuktikan masyarakat tidak setuju dengan kedangan militer sebagai Daerah Operasi Militer (DOM). Dan bagaiaman orang Melayu Patani tidak sanggup adatnya tergadai begitu saja seperti ungkapan Pak Husen yang penuh amarah:
“Kalau itu anak aku, baik aku tembak mampus! Laknatullah. Cuba mu tengok bukit yang tinggi itu, begitulah adat agama kito harus dijunjung tinggi  dan terus kekal selamanya,” marah Pak Husen yang selama ini  banyak duduk diam saja.
Bagi masyarakat Patani gadis yang bercinta dengan militer Thailand yang datang dari Utara adalah suatu penghinaan karena seperti menggadai maruah Kemelayuan dan maruah agama. Walaupun beberapa kali pemerintah mengkampanyekan sebuah kebijakan “Sangkhom Pahu’ Wattanatham” yakni Masyarakat Multikutural yang bertujuan masyrakat Melayu Muslim dan Orang Siam saling bertoleransi.

Multikultural Dalam Konteks Agama
Selain membahas tentang etnis atau ras, multikultural juga membahas tentang agama. Keberagaman agama menjadi realitas yang tidak dapat dipungkiri. Munculnya ragam agama menjadikan masyarakat memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap agama. Ditinjau dari segi agama, dalam cerpen Asmah Lari Ikut Jantan Tak Berjawi Karya M. Surtan Au-Sen  memiliki dua agama yang bermelatarkan tokoh yaitu Islam dan Budha.
Toleransi dalam agama harus memiliki batas-batas tertentu. Batas-batas yang dimaksud adalah batas-batas toleransi yang sudah diajarkan pada agama tertentu. Misalnya, dalam agama Islam diajarkan toleransi terhadap agama lain seperti dalam surah Al-kafirun ayat 6. Namun, dalam islam juga terdapat batasan toleransi terhadap agama lain.
Sastra multikulturalisme dalam agama  muncul pada cerpen Asmah Lari Ikut Jantan Tak Berjawi Karya M. Surtan Au-Sen sepertinya belum sampai tahap yang selayaknya, seperti dikemukakan sebelumnya sebenar konflik yang terjadi dalam cerpen ini membedahkan tabir agama dan saling melanggar kesesuaian aturan agama  seperti dalam kutipan berikut :
emaknya melaung, “Bagitahu Somchai, suruh dia masuk Islam dulu, baru boleh kahwin dengan kau!”.
Dari kutipan di atas menunjukan dalam urusan agama tidak dapat toleransi karena urusan ini bertentangan dengan aturan agama Islam.
Ada satu kutipan lain yang menjadi unsur yang menunjukan gagal toleransi diterapkan oleh kedua tokoh seperti dalam kutipan :
Asmah tidak duduk diam dengan tindakan ayahnya. Dia menghubungi kekasihnya lewat penggilan telefon. Tak lama kemudian, kekasihnya datang mengambilnya dan dia melarikan diri bersama tentera tersebut. Seisi kampung tersebut gempar apabila ada gadis kampung mereka telah melarikan diri bersama tentera. Sejak itu pelbagai cerita telah muncul, antaranya tentera itu telah membunting Asmah, ada orang lihat Asmah tak lagi bertudung di stesen keretapi Hualampong, Bangkok, dan lagi teruk ada yang menjaja cerita bahawa Asmah dengan kekasihnya mengunjungi wat, tentu Asmah telah murtad!
Dalam kutipan terlihat kemuncak konflik yang terjadi setelah Asmah dipukul oleh ayahnya dengan keras karena diketahui telah beramah dan melakukan hal yang tak senonoh, seperti dilapor oleh warga yang sedang memancing ikan. Kemudian tindakan ayahnya yang kejam membuat Asmah sanggup melarikan diri mengikuti Somchai (Tentera) ke Bangkok. Dan warga melaporkan Asmah telah menjadi seperti orang Siam, kepalanya tidak ditutup jilbab lagi, dan telah mengadung tanpa nikah. Bagaimana cerpen ini menunjukan gagalnya Multikultural dalam Masyarakat di Thailand Selatan yang berbasis agama dan bangsa.

    D.    Kesimpulan
Sastra multikultural adalah karya sastra yang di dalamnya merefleksikan interaksi dua kultural atau lebih. Perspektif multikultural dalam konteks etnis/ras sebenarnya mengandaikan adanya hubungan antara etnis dan ras tersebut dengan kekuatan struktur yang ada di luarnya. Hal tersebut berarti bahwa penggambaran adanya keterkaitan etnis/ras yang satu dengan yang lain, dalam konteks relasinya dengan kekuatan yang lebih besar dapat dikategorikan terdapat hubungan multikultural.
konteks multikultural dalam konteks etnis/ras cerpen Asma Lari ikut Jantan Tak Berjawi. Bisa digolong dalam penjabaran yang pertama yakni menampakkan suatu fenomena hubungan yang tidak pernah selesai. Dalam kondisi konflik yang berpanjangan sejak tahun 1786 M. Masyarakat Patani selalu membangkit untuk melawan samada berbentuk kompromi ataupun secara keras. Maka walaupun sudah melewati beberapa kurun namun seoalah fanatik selalu tertanam dalam jiwa orang Melayu Patani terhadap pemerintahan Thailand dan masyarkat yang beragama Budha. Secara singkatnya orang Melayu yang menjadi minoritas di negara Mayoritas Buddha ini, tidak pernah mempercayakan kepada orang yang beda agama dan budaya. Di situ gagalnya proses multikultural ditampakkan secara jelas
Hubungan antar etnis/ras misalnya, juga menampakkan suatu fenomena hubungan yang tidak pernah selesai. Hal inilah menjadi titik masalah multikultural dalam cerpen Asmah Lari Ikut Jantan Tak Berjawi Karya M. Surtan Au-Sen. Dalam cerpen ini sepertinya belum sampai tahap yang selayaknya, seperti dikemukakan sebelumnya sebenar konflik yang terjadi dalam cerpen ini membedahkan tabir agama dan saling melanggar kesesuaian aturan agama.
dalam cerpen Asmah Lari Ikut Jantan Tak Berjawi Karya M. Surtan Au-Sen Secara umum menarik untuk dibaca karena menyuguhkan konflik yang terjadi di Patni. Meskipun bahasa yang digunakan adalah Melayu dan cukup sulit untuk dipahami dalam waktu singkat, tetapi alur yang runtut serta konflik yang ditulis dengan baik membuat cerpen tersebut tetap menarik untuk dibaca. Permasalahan budaya, bangsa sangat nampak sebagai pesan moral dalam novel tersebut. Perbedaan budaya, bangsa, dan agama dalam cerpen ini menjadi konflik utama yang disuguhkan.

Daftar Rujukan

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara. (Online), (http://books.google.co.id/books?id=d1wkwwyMiFAC&pg=PA55&dq=multikulturalisme+dan+pluralisme ) . Diakses 17 Desember 2019.
Taufiq, Akhmad. 2017. Sastra Multikultural Konstruksi Identitas dan Praktik Diskursif Negara dalam Perkembangan Sastra Indonesia. Malang: Beranda.







  SEJARAH DAN KERUNTUHAN  KERAJAAN PATANI DARUSSALAM  oleh :  Nurul Shafiqah Shafif 1.0 Pengenalan Kerajaan Patani merupakan antara kerajaan...